Pengumuman

Selamat datang, jika terbantu dengan artikel, tolong click IKLAN yang ada untuk saya, terimakasih atas kebaikannya. jika ada yang di tanyakan silahkan langsung email ke taringdoberman@yahoo.com; welcome, have a nice reading, Please click commercial for me if you found my article is usedfull for you, you can contact me at taringdoberman@yahoo.com to share anything

Sunday, 11 November 2012

Hari ini TKI di perkosa, Minta Protes Keras Pemerintah RI


Kekerasan terhadap TKI memang sudah terlampau biasa, namun semuanya tetap nekat pergi demi mimpi ringgit yang nilainya lebih mengiurkan dibanding rupiah.  paling yang bisa dilakukan adalah protes keras dan pengadilan yang tentunya bisa di atur hasilnya dan berakhir dengan ambil hikmahnya dan tabah, nasib-nasib.  kenapa? sebab negara kita ini sudah sangat rendah namanya jika dikaitkan dengan tenaga kerja dan harga diri.  ketika warga negara eropa yang korban pasti negara tempat kejadian perkara mendapat tekanan yang berat, kalau warga negara Indonesia, mungkin tidak terlalu di ambil berat.

Pilihannya cuma dua, tetap menelorkan pahlawan devisa TKI atau membuka lapangan kerja yang penghasilannya mirip dengan yang didapatkan di Malaysia.  manfaatkan depnaker yang menurutku sangat bertanggung jawab dengan pengolahan tenaga kerja. 
Kalau pilihan Pahlawan Devisa yang dipilih, berilah pahlawan tersebut tameng dan pedang untuk dipergunakan sebagai bahan berperang, berilah keahlian, dan lemparkan kenegara-negara maju yang melihat manusia sebagai manusia. jangan Malaysia lagi Arab lagi.  
kalau buka lapangan kerja, masih mimpi di hari siang, sebab masalah perburuhan saja masih meliuk-liuk.

Dari modus kejahatan yang di alami TKI  dimalaysia, hal-hal yang mengerikan sudah terlihat, bahkan yang terakhir adalah hal-hal yang terlalu kebaratan, gang bang TKI Indonesia oleh 3 oknum Polisi.  kalau bicara keadilan, bagaimana negara lain menghargai sebab dinegara kita ini tidak menghargai dirinya sendiri, membuka celana sendiri dan mempertunjukkan hal-hal yang memalukan namun tidak merasa demikian.

Saya ingat teman saya waktu kecil dia selalu diganggu oleh anak lain diejek sampai menangis,  kasihan karena melihat dari kondisi fisik dia tidak layak untuk diperlakukan demikian.  Hidup ini pilihan,  sampai suatu saat dia memukul meja dan menunjuk dengan telunjuk kepada anak-anak tersebut dengan tegas dan keluar dari norma-norma keluarga mereka yaitu nerimo dan tabah.   semenjak itu dia diterima dengan baik oleh lingkungan baru disekolah tersebut.