Hujan pertama di bulan September membuat senang sebagian
besar orang yang sudah merasakan kekurangan air termasuk salah satu gang di Bekasi dimana air tanah sudah hampir tidak bisa di sedot lagi. Lebih parah
depan rumah tempatku tinggal dengan anak istri, mereka sudah kehabisan air
sejak seminggu yang lalu.
Kalau merujuk kepada kehidupan yang lalu, air tidak begitu
susah. Bahkan disamping rumah dulu adalah genangan air tempat anak-anak
memancing menghabiskan waktu. Sekarang, setiap lapangan kosong digunakan orang
sebagai tempat membuang sampah. Yang bersaing dengan gedung-gedung pencakar
langit.
Susah memang kalau menceritakan ini kepada orang yang
berekonomi mapan, yang mampu menyedot air di kedalaman sampai beratus meter
yang tentunya selalu menjadi yang terakhir untuk tidak mendapatkan air. Kalau
masalah air ini diangkat tentulah terlalu banyak alasan yang bisa dipakai untuk tidak terbeban mengenai kesusahan rakyat ini,
mulai dari isu dunia yang semakin panas sampai isu kurangnya resapan air ilmu yang benar namun dipergunakan dengan cara yang salah selain kepadatan penduduk menjadi bumbu penyedap semuanya.
Berikan langkah nyata, adalah jawabannya, dari dulu hampir
semua dari pejabat yang berwewenang bersifat menghimbau, tidak seperti
BBM yang cepat reaksinya. diluar
nuansa politik yang menurut beberapa pendapat orang negatif, pemimpin Iran
adalah salah satu contoh yang afdol untuk menjadi presiden yang baik, berasal dari
kalangan orang yang hidup sederhana dan mengerti mengenai tetek bengek kehidupan sederhana. Mudah-mudahan Indonesia memiliki orang yang mengerti dan melaksanakan, bukan seorang aktor pemain sandiwara atau sinetron. sebab hanya
orang yang pernah disepelekan yang tahu rasa hidup segan mati tak berani.