Pengumuman

Selamat datang, jika terbantu dengan artikel, tolong click IKLAN yang ada untuk saya, terimakasih atas kebaikannya. jika ada yang di tanyakan silahkan langsung email ke taringdoberman@yahoo.com; welcome, have a nice reading, Please click commercial for me if you found my article is usedfull for you, you can contact me at taringdoberman@yahoo.com to share anything

Wednesday, 26 October 2011

Trinitas VS Esa

Sering  pembicaraan mengenai agama mengarah kepada siapa agama itu membawa pengikutnya, siapa Tuhannya, dan paling kritis, berapa Tuhannya.  Sebagian besar umat Kristian mengakui konsep TRINITY, TRINITAS, TRITUNGGAL.  pemikiran yang juga membuat saya selalu berpikir, apakah benar begitu? kenapa begitu sulitkah Tuhan itu untuk berdiri sendiri sehingga membutuhkan pendamping setara yang sama?.  beberapa jawaban saya terima dan cerna dari perorangan ataupun tulisan yang banyak kita temukan di media komunikasi masa.  Semuanya berakhir dengan kesimpulan dibawah ini, namun bukan untuk mewakili Agama  Kristen sebab saya sangat tidak layak untuk mengambil posisi itu, saya hanya mewakili diri sendiri yang sedang mencari Tuhan dan berusaha mengenal lebih dalam dengan otak kecil yang diberikan oleh Dia.






KATA TUHAN DAN ALLAH MENURUT PEMAHAMAN ALKITAB.
Secara etimologis kata Allah dan Tuhan memiliki makna arti yang berbeda. Allah dalam bahasa Indonesia biasanya diterjemahkan sebagai “sesembahan”, atau “yang layak disembah”. Dalam bahasa Arab disebut Allah (berasal dari bahasa sansekerta, lihat di Kitab Hindu India Rigveda Book 3 Hymn 30 V. 10 dan Rigveda Book 9 Hymn 67 V. 30.), dalam bahasa Inggris disebut God, dalam bahasa Ibrani disebut Elohim, dan dalam bahasa Yunani disebut Theos.
Sedangkan Tuhan, berasal dari kata Tuan, yang diperhalus menjadi Tu(h)an, yang artinya adalah “pimpinan”, atau “yang dihormati”. Tuhan dalam bahasa Arab disebut; Robb, dalam bahasa Jawa disebut Gusti  dalam bahasa Inggris disebut Lord, dalam bahasa Ibrani disebut Adonay dan dalam bahasa Yunani disebut Kurios.
Jadi jika ditelusur secara etimologis, dalam pemahaman Alkitab, Allah pastilah Tuhan, tapi Tuhan belum tentu Allah. Misalnya ketika Ibrahim disebut lord oleh istrinya; “...as Sarah obeyed Abraham, calling him lord” (1 Petrus 3:6). Sarah memanggil Ibrahim Tu(h)an, tapi jelas Abraham bukanlah Allah (God). Dalam bahasa Inggris, Yesus dipanggil dengan Lord Jesus, atau dalam bahasa Jawa; Gusti Yesus dan dalam bahasa Indonesia Tu(h)an Yesus. “Allah telah membuat Yesus ... menjadi Tu(h)an dan Kristus / God has made Jesus ... both Lord and Christ” (Kis 2:36). Jadi kita tidak perlu berkeberatan jika Yesus oleh umat Kristen dipanggil Tuhan, karena kata Lord, Gusti ataupun Tu(h)an dipakai juga untuk menghormati seorang pemimpin, contohnya Lord Buckingham, Gusti Prabu Brawijaya, Tu(h)anku Imam Bonjol, dan sebagainya.

ISTILAH ANAK ALLAH DALAM INJIL
Sedangkan pengertian “anak Allah” dalam Taurat dan Injil bukanlah anak secara jasmani seperti pemahaman orang yang sering memperdebatkan. Istilah anak Allah dapat dipelajari dari beberapa ayat berikut;
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (Yohanes 1:12-13)
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9)
Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. (Lukas 6:35)
Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. (Galatia 3:26)
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (I Yohanes 3:2)
Dari 5 ayat diatas dengan jelas ditegaskan bahwa makna “anak Allah” bukanlah dalam pengertian jasmani / biologis, melainkan dalam pengertian rohani, yang pada umumnya berarti kedekatan Pencipta dengan makluk ciptaannya, seperti halnya hubungan seorang Bapak dengan Anak! Andi adalah “anak emas” di sekolahnya! Hal ini bukan berarti ayah Andi adalah logam mulia bernama EMAS, namun ini bermakna bahwa Andi dianggap berharga, terpilih, istimewa dibanding anak lainnya, layaknya emas dibanding logam lainnya!
Yesus juga disebut sebagai “Anak Allah”, dengan huruf awal, huruf kapital, karena merujuk kepada seorang individu. Sebutan “Anak Allah” yang melekat pada Yesus, pada dasarnya memiliki arti yang sama dengan “anak-anak Allah” pada ayat2 sebelumnya, yang menunjukkan kedekatan Allah dengan Yesus. “Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)” (QS 3:45). Dengan pemahaman yang benar, bukanlah syirik jika Yesus disebut dengan istilah “Anak Allah”.

Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Matius 27:54)
Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." (Markus 3:11)
Barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu. (I Yohanes 3:8)
Alkitab juga menceritakan hubungan yang unik antara Yesus dengan Allah. Yesus bukan hanya sekedar Anak Allah dalam pengertian kedekatan, tapi juga disebutkan bahwa Yesus adalah “Anak Sulung Allah”.
Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. (Kolose 1:15)
Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah. (Wahyu 3:14)

Sebutan Yesus sebagai “Anak Sulung Allah” memiliki makna bahwa Yesus adalah permulaan dari ciptaan Allah, atau ciptaan Allah yang pertama kali! Dua ayat diatas dengan tegas menyebutkan bahwa Yesus adalah Ciptaan. Jadi siapakah sebenarnya Yesus itu menurut penelusuran Alkitab secara benar?
Tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. ( I Korintus 1:24 )
Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan. (Amsal 8:12)
TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada, ..... aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; (Amsal 8:22-30)
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." (Yohanes 8:58)

Ayat2 diatas menegaskan kembali bahwa Yesus sudah ada sebelum dunia ini diciptakan, Yesus diciptakan oleh Allah sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai anak kesayanganNya. Jika Yesus adalah ciptaan, Malaikatkah Dia? Mungkinkah Yesus adalah “Malaikat Perjanjian” yang disebutkan dalam Maleakhi 3:1 ? Kitab Ibrani menyebutkan bahwa kedudukan Yesus jauh lebih tinggi daripada para Malaikat!

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka. Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?" Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." (Ibrani 1:1-6)

Selain disebut sebagai “Anak Sulung Allah”, seorang penulis Injil, yang juga murid Yesus, Yohanes, berulangkali juga menyebut Yesus sebagai “Anak Tunggal Allah”;
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:14)
Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. (Yohanes 1:18)
Pengakuan Yohanes tersebut jelas berasal dari perkataan Yesus sendiri;
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)
Mengapa Yesus disebut atau memiliki gelar Anak Tunggal Allah? Simaklah ayat2 berikut ini!
Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. (Yohanes 5:22-23)
Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Matius28:18)
Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku (Yohanes 12:44-45)

Sekilas gelar anak sulung dan anak tunggal nampak bertentangan, namun seperti halnya anak emas dan anak2 Allah, kedua gelar diatas merupakan istilah. Istilah Anak Sulung menekankan Yesus sebagai yang sulung dari segala ciptaan, sedangkan istilah Anak Tunggal menekankan Yesus sebagai SATU2NYA (tunggal) yang diberikan kuasa oleh Allah atas bumi dan surga. Dan SATU2NYA yang diberi kuasa untuk menghakimi seluruh umat manusia saat kiamat nanti. Namun demikian tetap Yesus bukanlah Allah, Yesus adalah utusan Allah, yang mengambil wujud sebagai manusia. Karenanya Yesus menyebut diri sebagai “Anak Manusia”.

Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. (Yohanes 3:13)
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28)
Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan (menyalibkan) Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku”. (Yohanes 8:28)
Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. (Matius 24:30)

Apapun sebutannya, entah itu “Anak Allah” ataupun “Anak Manusia”, tak ada satupun ayat yang secara tegas mengatakan bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri, atau Yesus = Allah. Bahkan jika kita menyelidiki dengan benar, baik perkataan Yesus sendiri ataupun kisah dari para pengikut Yesus, seperti Yohanes, Petrus ataupun Paulus Tarsus, tak ada satu pun tulisan mereka yang menyatakan bahwa Yesus setara dengan Allah.
Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. (Yohanes 12:49)
Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. (Yohanes 14:28)
Tetapi tentang hari dan saat itu (kedatangan Yesus kedua kali) tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri. (Yohanes 24:36)
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. (Kisah Para Rasul 7:55)

Jika Injil tidak menyebut sama sekali tentang Tritunggal, lalu darimanakah ajaran ini berasal? Istilah “Trinity / Trinitas / Tritunggal” diperkenalkan dan diformulasikan pertama kali oleh Terulianus. Bertahun2 setelahnya, banyak pertentangan terhadap ajaran / dokrin mengenai kesetaraan Yesus dengan Allah ini, salah satu tokoh penentangnya adalah Arius (256-336M)/Arianisme.
Karena khawatir pertentangan agama ini akan menyebabkan terjadinya perpecahan negara, penguasa Romawi saat itu, Kaisar Konstantin, menyelenggarakan sebuah pertemuan besar antar para uskup di kota Nicea (kini Iznik, Turki), pertemuan yang kemudian di kenal dengan nama Konsili Nicea Pertama ( tahun 325 M ). Kaisar Konstantin sendiri bukanlah seorang kristen, ia adalah seorang polytheis / kafir, yang mempercayai banyak Tuhan. Meskipun bukan seorang kristen, dan tak tahu banyak mengenai ajaran Injil, namun sejarah membuktikan bahwa Konstantin lah yang menjadi ketua konsili tersebut. Dengan aktif ia memimpin pertemuan, bahkan secara pribadi mengusulkan suatu rumusan penting yang menyatakan hubungan Yesus dengan Allah dalam kredo yang dikeluarkan oleh konsili tersebut, ‘dari satu zat dengan Bapa’.
Karena sangat segan terhadap kaisar, para uskup, kecuali dua orang saja, menandatangani kredo itu, kebanyakan dari mereka dengan sangat berat hati. Karena itu, peran Konstantin sangatlah penting. Setelah dua bulan debat agama yang sengit, politikus kafir ini mengambil keputusan demi keuntungannya sendiri dengan mengatakan bahwa Yesus adalah Allah. Tetapi mengapa? Pasti bukan karena keyakinan apapun dari Alkitab. Konstantin pada dasarnya tidak mengerti apa2 tentang pertanyaan2 yang diajukan dalam teologi Yunani. Yang ia tahu adalah bahwa perpecahan agama merupakan ancaman bagi kekaisarannya, dan ia ingin memperkuat wilayah kekuasaannya.
Lihat topik Trinitas versi Nicea beserta gereja2 Kristen yang anti Trinitas ini di Wikipedia
Kredo awal ini dibahas kembali pada Konsili Konstantinopel (381 M), dengan menekankan keilahian roh kudus. Konsili tersebut menyetujui untuk menaruh roh kudus pada tingkat yang sama dengan Allah dan Kristus. Untuk pertama kali, Tritunggal susunan Kristen mulai terbentuk dengan jelas. Tetapi, bahkan setelah Konsili Konstantinopel, Tritunggal tidak menjadi kredo yang diterima secara luas. Banyak orang yang menentang Tritunggal ini dan karenanya mengalami penindasan yang kejam.
Lalu dasar2 apakah yang dipergunakan para teolog, untuk membenarkan ajaran Trinitas ini? Berikut beberapa ayat yang biasanya dikutip oleh para pendeta / pastur penganut Trinitas; beserta bantahan / argumen berlawanan dari kelompok Anti Trinitas;


Pada mulanya adalah Firman (Yesus); Firman (Yesus) itu bersama-sama dengan Allah dan Firman (Yesus) itu adalah Allah. (Yohanes 1:1)
Dikatakan bahwa Yesus adalah Allah, padahal berdasarkan terjemahan yang benar, maksud dari ayat tersebut adalah;
Pada mulanya adalah Firman (Yesus); Firman (Yesus) itu bersama-sama dengan Allah dan Firman (Yesus) itu bersifat ilahi. (Yohanes 1:1)
Di ayat lain Yesus berkata; “Aku dan Bapa adalah satu”:
Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30)
Ayat diatas kurang tepat jika dijadikan dasar bahwa Yesus = Allah, karena diayat selanjutnya Yesus berkata;
Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. (Yohanes 17:20-21)
Sesuai dengan konteksnya, kata satu dalam Yohanes 10, ataupun dalam Yohanes 17 bukanlah satu pribadi, melainkan satu hati, satu pikir, satu semangat, satu misi; bukan satu sosok atau oknum. Seperti halnya sepasang suami istri adalah satu tapi tetap dua sosok yang berbeda.
Ayat selanjutnya adalah cuplikan dari surat Paulus Tarsus;
(Kristus Yesus) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. (Filipi 2:6)
Benarkah Paulus menganggap Yesus setara dengan Allah? Tidak! Coba bandingkan dengan tulisan Paulus berikut ini;
Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tu(h)an saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. (1 Korintus 8:6)
Cermatlah dalam menafsirkan tulisan2 Paulus, karena tata bahasa yang dipergunakan Paulus sangat tinggi, karena ia dahulu adalah anggota Sanhedrin (MUI nya Yahudi), ia sangat terpelajar dan juga sangat cerdas. Lihatlah pendapat Petrus mengenai Paulus;
Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. (2 Petrus 3:16)
Lalu dimanakah letak persoalannya? Jika diperbandingkan dengan bahasa asli dan versi Inggrisnya ayat 2:6 tersebut seharusnya berbunyi;
(Kristus Yesus) yang walaupun dalam rupa illahi, tidak memikirkan perampasan untuk menjadi setara dengan Allah”. (Filipi 2:6)
Ayat lain yang sering dipergunakan adalah ayat dalam Injil Matius berikut;
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. (Matius 28:19)
Ayat ini sebetulnya ayat biasa saja, tidak ada sangkut pautnya dengan Trinitas, andai tidak ditafsirkan menjadi; “Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus”. Ayat lain yang sering dijadikan dasar Tritunggal namun dapat dengan mudah dibantah jika dibandingkan dengan bahasa aslinya adalah Ibrani 1:8, 1 Yohanes 5:7, Yohanes 20:28, Yesaya 63:8-9, dan masih banyak ayat lainnya.
Jelas sudah bahwa Trinitas bukanlah ajaran yang murni berasal dari Injil.. Trinitas juga bukan buah pemikiran dari para rasul seperti Petrus, Yohanes ataupun Paulus Tarsus, karena ketiga orang ini tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus adalah Allah itu sendiri. Hal ini jelas tersirat dalam tulisan mereka pada beberapa ayat dibawah ini;
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia. (1 Timotius 2:5-6)
Terpujilah Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. (1 Petrus 1:3)
Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. (I Yohanes 4:10)