Jokowi, sebuah nama yang mampu membuat ayah dan ibuku bertengkar hebat. maklum Ibu pengemar fanatik Prabowo dengan macan asianya, sedang Bapak ku terjerat dengan blusukan dan senyum manis Jokowi. sosok lembut dan kebapakkan.
Beberapa saat lalu banyak mulai menghakimi Bapak Presiden ini mulai dari tidak membaca yang di tandatangani dan polimik polri dengan calon tunggalnya, BBM nya dan lain-lain.
Ada rumor mau menjatuhkan beliau, tentunya penganut fanatik Jokowi akan bertindak dan mempunyai potensi anarkis yang biasanya akan merugikan semua orang. belum lagi profokator yang makin lihai dalam memainkan masa. lebih meningkatkan kemungkinan terjadinya huru-hara.
Menurut saya nasi sudah jadi bubur, bagaimana caranya agar bubur tersebut nyaman untuk di konsumsi. bukan membuang bubur kecuali ada jenis makanan baru yang tentunya perubahan akan selalu memakan korban entah berujung baik atau berujung buruk. Sebenarnya negara ini sudah berubah menjadi menejemen dengan orang,(management by man), setiap orang berganti cara kerja. sudah jelas hal ini akan menghambat perkembangan bangsa. mau dibawa kemana negara ini.
Saya teringat dengan Mbah Harto. orang yang dulu saya benci dan ikut dalam prosesi menurunkan beliau dari bangku kepresidenan dengan harapan Indonesia lebih baik.
Mungkin banyak yang tidak setuju dengan pendapat saya namun salah satu produk beliau adalah GBHN. GBHN ini yang kadang terlintas didalam kepala saya. Garis-Besar Haluan Negara. sebuah sistem yang dibuat untuk menentukan arah bangsa entah siapapun yang memimpin. itulah idealnya.
Indonesia Adalah kepentingan bersama, masalahnya terlalu banyak kepentingan.
dulu, jika kita berkaca dengan sejarah, indonesia bisa maju karena sistem semi militer, Penembak misterius dan lain-lain. BIN juga mempunyai otoritas tinggi.
tidak usah berdebat dengan ini, AS mempunyai FBI dan CIA, otoritas mereka tinggi.
menghakimi Jokowi tidak menjamin apakah pengantinya akan lebih baik sebab orang meniali berdasarkan kepentingan sendiri atau kelompok.
pilihan yang terbesar terbagi dua, dukung atau lawan. untuk lawan, apakah kesalahan beliau sebesar itu, layaknya Gusdur yang banyak di persalahkan karena pendapat kelompok tertentu. atau pilihan lain yaitu tetap mendukung dari belakang, percayakan semua kebijaksanaan kepada mekanisme. percaya tidak ada hubungannya dengan keberhasilan. percaya itu iman. Imani bahwa Jokowi ditunjuk Tuhan dengan segala ketidak sempurnaannya untuk memimpin Indonesia sampai waktu pemilihan datang kembali, dan kembali mendukung sepenuh hati siapa yang terpilih.
Beberapa saat lalu banyak mulai menghakimi Bapak Presiden ini mulai dari tidak membaca yang di tandatangani dan polimik polri dengan calon tunggalnya, BBM nya dan lain-lain.
Ada rumor mau menjatuhkan beliau, tentunya penganut fanatik Jokowi akan bertindak dan mempunyai potensi anarkis yang biasanya akan merugikan semua orang. belum lagi profokator yang makin lihai dalam memainkan masa. lebih meningkatkan kemungkinan terjadinya huru-hara.
Menurut saya nasi sudah jadi bubur, bagaimana caranya agar bubur tersebut nyaman untuk di konsumsi. bukan membuang bubur kecuali ada jenis makanan baru yang tentunya perubahan akan selalu memakan korban entah berujung baik atau berujung buruk. Sebenarnya negara ini sudah berubah menjadi menejemen dengan orang,(management by man), setiap orang berganti cara kerja. sudah jelas hal ini akan menghambat perkembangan bangsa. mau dibawa kemana negara ini.
Saya teringat dengan Mbah Harto. orang yang dulu saya benci dan ikut dalam prosesi menurunkan beliau dari bangku kepresidenan dengan harapan Indonesia lebih baik.
Mungkin banyak yang tidak setuju dengan pendapat saya namun salah satu produk beliau adalah GBHN. GBHN ini yang kadang terlintas didalam kepala saya. Garis-Besar Haluan Negara. sebuah sistem yang dibuat untuk menentukan arah bangsa entah siapapun yang memimpin. itulah idealnya.
Indonesia Adalah kepentingan bersama, masalahnya terlalu banyak kepentingan.
dulu, jika kita berkaca dengan sejarah, indonesia bisa maju karena sistem semi militer, Penembak misterius dan lain-lain. BIN juga mempunyai otoritas tinggi.
tidak usah berdebat dengan ini, AS mempunyai FBI dan CIA, otoritas mereka tinggi.
menghakimi Jokowi tidak menjamin apakah pengantinya akan lebih baik sebab orang meniali berdasarkan kepentingan sendiri atau kelompok.
pilihan yang terbesar terbagi dua, dukung atau lawan. untuk lawan, apakah kesalahan beliau sebesar itu, layaknya Gusdur yang banyak di persalahkan karena pendapat kelompok tertentu. atau pilihan lain yaitu tetap mendukung dari belakang, percayakan semua kebijaksanaan kepada mekanisme. percaya tidak ada hubungannya dengan keberhasilan. percaya itu iman. Imani bahwa Jokowi ditunjuk Tuhan dengan segala ketidak sempurnaannya untuk memimpin Indonesia sampai waktu pemilihan datang kembali, dan kembali mendukung sepenuh hati siapa yang terpilih.