Pengumuman

Selamat datang, jika terbantu dengan artikel, tolong click IKLAN yang ada untuk saya, terimakasih atas kebaikannya. jika ada yang di tanyakan silahkan langsung email ke taringdoberman@yahoo.com; welcome, have a nice reading, Please click commercial for me if you found my article is usedfull for you, you can contact me at taringdoberman@yahoo.com to share anything

Monday, 25 February 2013

CENGKRAMA SEMESTA DENGAN KU


25/2/2013
 Aku tersentuh dengan kegelapan yang ku alami dan kegelisahaku menjadi jembatan tinggi untuk bercengkrama dengan Sang Semesta.
Sepanjang perjalan menyusuri jembatan itu aku menapaki semua sejarah kehidupanku mulai dari sejumput kenangan kecil sampai keujung kehidupan di depan mata yang teringat jelas seperti sebuah gerbang megah yang membuka rumah sang Semesta dan para makluk bersayap yang mempersilahkan Aku duduk didepanNya tanpa bisa melihatnya duduk di depan ku .
Setelah beberapa menit diam, aku pun berlinangan air mata mengenai perjalanan hidupku,  Aku tertawa terbahak-bahak mengenai kehidupan yang menyakitiku dan aku terdiam  terhadap kehidupan nyang mendiamkanku.  Semuanya aku lakukan sambil menunduk dan mengantukkan kepalaku ke lantai tempat aku dan Semesta berpijak.  Semakin aku benturkan semakin puas aku mencurahkan isi kepala.
Aku berharap aku mendapat sedikit perhatian dan sedikit bantuan sekedar meringankan hidup yang menurutku berat.
Untuk Sejenak aku diam memikirkan apa yang sudah kulakukan dihadapan Sang Semesta.  Apakah tindakanku salah dan rendah dimataNya sehingga Beliau tidak memperdulikanku.   kemudian sang semesta menyentuhkan cahaya kekudusanNya padaku sebelum pemikiran itu semua padam dari rongga otak.  Cahaya yang cukup menyadarkan aku dari kemurungan hidup, detik aku merasa tenang dan dalam..  kenyamanan tanpa paham akan arti itu.  Seperti orang yang sangat kehausan yang diberikan segelas air.
Aku sujud menyembah dan mencium bayangan cahaya suci itu dan mengarahkan badan dan jiwaku keluar dari gerbang Sang semesta.
Aku berlari gembira menyusuri jembatan-jembatan hidupku sampai kembali melihat jasadku yang duduk terpaku dibawah kebingungan hidup.  Aku melihat jasadku , ya aku melihat jasadku aku melihat segumpal daging yang bertulang yang telah kugunakan dalam kehidupan ini. Jasad ku tampak lebih tua dari umurnya, kulitnya menghitam dan keras layaknya cadas kering, sorot matanya garang mengikuti kehidupan yang dilaluinya.  Badannya selalu hangat untuk memeluk orang-orang yang dicintainya. Pundaknya besar untuk memikul beban orang-orang yang dicintainya.  Luka dihatinya terus berdarah sejalan pikulan beban yang semakin bertali waktu.  Perut yang besar sebab menelan semua rasa pahit cobaan hidup dengan lahabnya.
Kupeluk jasadku dengan lembut, kemudian kembali kedalamnya, menghentikan lamunan panjang tak berujung Disudut keheningan cadas gunung ini.